Direktur Poldagri : Pemilu Instrumen untuk Membangun Peradaban

By Admin

nusakini.com--Salah satu fungsi pemilu adalah sebagai alat untuk membangun peradaban bangsa. Karena itu semua aktor pemilu berkewajiban memberikan keteladanan dalam proses tahapan pemilu. Sehingga pemilu menjadi pesta demokrasi yang akan dicatat sejarah dengan tinta emas.  

Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Bahtiar mengatakan itu di Jakarta, Sabtu (12/5). Menurut Bahtiar keteladanan yang diperlihatkan para elit politik dalam sebuah kontestasi politik sangat penting agar dari pemilu ke pemilu akan tertoreh sejarah peradaban yang dapat dibanggakan untuk generasi berikutnya. 

"Bangsa, bangsa besar, terlalu besar pertaruhannya kalau harus sampai ternganggu hanya gara-gara pemilu. Pembangunan negara dan masyarakat di berbagai bidang harus terus berjalan seperti biasanya. Dan kami yakini bahwa pemilu 2019 akan berjalan aman dan damai," kata Bahtiar. 

Namun memang, Bahtiar mengakui setiap kali pelaksanaan pemilu, termasuk nanti Pemilu 2019, selalu muncul dinamikanya tersendiri. Bahkan dinamika yang spesifik sesuai dengan perkembangan lingkungan negara, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karena itu penyelenggara pemilu, baik itu Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus bisa membaca tantangan dan dinamika tersebut. 

"Kondisi lingkungan negara tahun 1955, 1971, 1999, 2004, 2009 dan tahun 2014 sangat berbeda. Artinya setiap waktu pelaksanaan pesta demokrasi memiliki tantangan lingkungan yang berbeda-beda,"ujarnya.  

Maka lanjut Bahtiar sekarang yang diperlukan adalah kecakapan penyelenggara negara, termasuk penyelenggara pemilu mampu mengindetifikasi secara tepat tantangan tersebut. Penyelenggara negara dan penyelenggara pemilihan harus bisa membuat solusi setiap kali terjadi perkembangan dinamika yang dapat mengganggu proses penyelenggaraan pemilu. Ia sendiri optimistis untuk pemilu 2019, pelaksanaannya akan berjalan lancar. Meski memang ada dinamika yang cukup tinggi. 

"Hal ini dipengaruh bahwa kondisi ketahanan sosial masyarakat Indonesia saat ini sangat baik dan masyarakat saat ini juga tidak mudah diadu domba dan sudah semakin memiliki kesadaran sosial yang tinggi," katanya. 

Masyarakat, ujar Bahtiar, sudah memahami bahwa pemilu adalah kegiatan rutin lima tahunan yang harus terjadi tetapi kehidupan sosial kemasyarakatan juga harus tetap berjalan seperti biasanya. "Masyarakat mengerti, mesti dinamika politik menghangat, mereka harus tetap menjalankan kehidupan dan bekerja sesuai profesinya masing-masing," ujarnya.(p/ab)